Menakar Sindikasi Politis Naiknya Harga BBM
Oleh: Marlin Bato
Jakarta, 12/06/2013
Naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) selalu menyisakan penderitaan berat bagi rakyat, pasalnya setiap kenaikkan harga BBM kerap juga dibarengi naiknya harga-harga bahan baku sembako lainnya. Tak pelak, tarif BBM yang akan melonjak cenderung menjadi sindom phobia tersendiri bagi rakyat Indonesia sehingga mengundang kecaman maupun aksi-aksi demonstrasi di berbagai daerah.
Ketika mencermati issue naiknya harga BBM akhir-akhir ini, acapkali masyarakat Indonesia dipertontonkan oleh statement, retorika, trik dan intrik para elit-elit politik baik yang pro maupun kontra di berbagai media sosial, media cetak dan media televisi. Tentu semua tidak terlepas dari kepentingan politik semata. Jargon-jargon politik yang mengatasnamakan rakyat pun seakan di junjung tinggi, sementara rakyat dibuat terlena oleh bantuan-bantuan bersifat instan dengan dalih ke-sejahtera-an.
Pemerintah berdalih bahwa tujuan naiknya harga BBM adalah untuk mencegah jebolnya anggaran negara terkait subsidi BBM yang tidak tepat sasaran. Seiring rencana pemerintah menaikkan harga BBM 17 juni 2013 yang akan datang, muncul pula pertanyaan-pertanyaan sederhana:
1. Mengapa subsidi BBM bisa salah sasaran??
2. Bagaimana strategi pemerintah untuk mencegah kebocoran anggaran??
3. Mengapa setiap kenaikan harga BBM ini dibarengi stimulus yang disebut BLSM??
4. Apakah kenaikan harga BBM + BLSM kali ini merupakan ajang pencitraan menuju 2014??
Dari sejumlah pertanyaan tersebut diatas tentu membutuhkan kerja keras dari pemerintah untuk menjawabnya, sebab pemerintah seakan terjebak oleh kekuatan terselubung (covert power) yang sulit dijangkau. Melihat fenomena-fenomena lumrah tersebut, tidak jarang juga pemerintah kerap menggunakan ‘Abused Power’ untuk membekap rakyatnya dengan cara memberikan bantuan tunai segar demi memuluskan rencananya. Ada apa dibalik ini semua??
“To the point”, jika dicermati secara seksama, rencana pemerintah menaikkan harga BBM tersebut tidak lebih hanya untuk meraup monopolistik dan pencitraan menuju ajang pilpres 2014. Bisa jadi kenaikan harga BBM kali ini merupakan kesempatan untuk merampok rakyat sekaligus menyerap anggaran kampanye untuk masuk ke kantong-kantong partai. Oleh karena itu, rakyat sengaja dicekoki BALSEM (baca: BLSM) agar bisa mengobati rasa sakit meski sedikit getir. Pemerintah tak segan-segan membodohi rakyatnya demi mencapai akan bulusnya.
Kondisi seperti ini, tentu bukan hanya menghancurkan sendi-sendi kehidupan masyarakat melainkan juga ada upaya sistematis membunuh rakyat Indonesia untuk hidup layak jauh dari cita-cita bangsa.
Di sisi lain, jika boleh penulis berspekulasi bahwa; Andai saja pemerintah benar-benar ingin menyejahterakan rakyat dan mencegah jebolnya tanggul (anggaran) kas negara maka sebaiknya; “Kenaikkan Tarif BBM” tidak perluh disertai dengan bantuan berupa BLSM, sebab hal ini sama sekali tidak mendidik rakyat.
Ada keanehan tersendiri jika kenaikkan tarif BBM tersebut dibarengi bantuan BLSM yang notabene katanya negara dirugikan triliunan rupiah akibat subsidi BBM salah sasaran. Lalu, apakah kenaikkan BBM + stimulus BLSM tersebut tidak pula menyedot kerugian kas negara?? Silahkan berkamuflase dibalik layar, karena andalah dalang dari semua rusaknya moral bangsa.
Foto : Marlin Bato