Susi: Gaji Menteri Cuma 1% Dibanding Gaji Saya di Susi Air
Date:
Menteri Susi |
Jakarta – Meski jabatan menteri merupakan jabatan yang sangat bergengsi, namun gaji menjadi menteri jauh lebih kecil dari pendapatan pemilik perusahaan.
Setidaknya hal itu yang dialami oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yang baru dilantik Senin lalu. Menurutnya, gajinya sebagai menteri hanya sebesar 1 persen dari pendapatan yang diterimanya sebagai pemiliki maskapai perintis, Susi Air.
“Asal tahu saja, gaji saya sebagai menteri itu cuma 1 persennya dari gaji saya di perusahaan saya,” kata Susi dengan nada bercanda di Kantor Kadin, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (30/10/2014).
Susi mengungkapkan, dengan gaji yang besar di perusahaannya, dirinya bisa lebih santai dalam bekerja dibandingkan menjadi menteri. Namun dia berjanji tetap menjalankan tugas sebagai menteri semaksimal mungkin.
“Sedangkan menjadi menteri, kerjaannya banyak. Tapi saya ikhlas luangkan waktu dan energi saya buat negara,” lanjutnya.
Susi juga bercerita, jika dulu sering dipanggil Susi gila oleh pemerintah. Alasannya, dia sering melakukan komplain pada pemerintah bahkan pernah sampai ke 10 kementerian sekaligus.
“Dulu saya dipanggil Susi Gila. Saya sms ke 10 kementerian, teriak teriak. Result-nya (hasilnya) apa masa bodoh. Tapi sekarang pemerintah sebut kita perlu orang gila untuk gebrakan,” jelasnya.
Namun, setelah menjadi menteri, susi baru menyadari menjadi bagian dari pemerintah bukan perkara yang mudah. Dia harus siap dikritisi oleh berbagai kalangan, mulai dari masyarakat miskin hingga pengusaha besar.
“Mungkin suatu saat saya akan kecewakan pengusaha, tetapi untuk kebijakan yang lebih baik. Tapi kalau komplain saya persilakan,” tandasnya.
Sebelumnya saat memberi sambutan pada acara serah terima jabatan (Sertijab), Susi mengaku mengambil tawaran menjadi menteri bukan untuk menjadi kaya dan hebat. Alasan utama dirinya menerima tawaran dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) yaitu ingin membawa sektor perikan dan kelautan Indonesia menjadi lebih baik.
Pasalnya meski hanya berijazah Sekolah Menengah Pertama (SMP), Susi telah menggeluti bisnis perikanan selama 33 tahun dan 10 tahun di bidang penerbangan sehingga dia sangat mengerti benar bagaimana mengelola sektor yang dipimpinnya.
“Jangan sampai laut kita yang besarnya 70 persen atau 5 kali lebih besar laut kita dari Thailand, dan beribu-ribu kali lipat dengan Malaysia tetapi angka ekspor kita kalah jauh dibandingkan Malaysia dan Thailand. Ini jadi target kita semua,” tuturnya,” terang dia pada Rabu 29 Oktober 2014.
Demi mewujudkannya, Susi mengajak pegawai negeri sipil (PNS) di Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk bekerja keras siang dan malam. Untuk itu, dia pun mengubah jam kerja PNS di Kementeriannya menjadi pukul 07.00-15.00 WIB.
“Jadi kita siap bekerja siang malam? ” tanya Susi kepada PNS KKP.
Susi memang berbeda dengan menteri kebanyakan. Jika menteri-menteri yang lain adalah lulusan sarjana, bahkan hingga perguruan tinggi luar negeri, Susi hanya memiliki ijazah SMP.
Namun jangan salah, Ibu tiga anak ini merupakan salah satu pengusaha yang sukses. Kesusksesan Susi terlihat dari puluhan pesawat yang dia miliki dari berbagai jenis seperti Cessna Grand Caravan, Pilatus PC-06 Porter, dan Piaggio P180 Avanti.
Susi mengawali karir sebagai pengepul ikan di Pangandaran. Bisnisnya berkembang kemudian mendirikan pabrik pengolahan ikan pada PT ASI Pudjiastuti Marine Product dengan produk unggulan lobster bermerk Susi Brand. Pasarnya, pun berkembang hingga luar negeri seperti Asia dan Amerika.
Berkembangnya pasar produk ini pun membuatnya mau tak mau membutuhkan sarana transportasi sehingga produk yang dibawa dalam keadaan segar. Akhirnya muncullah pemikiran untuk membeli sebuah pesawat pengangkut yang kemudian melatarbelakangi berdiri PT ASI Pudjiastuti Aviation dan berkembang hingga saat ini.
Gebrakan yang dilakukan Susi menuai perhatian dari banyak kalangan. Hingga kemudian dia pun dianugerahi penghargaan antara lain Pelopor Wisata dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat tahun 2004, Young Entepreneur of the Year dari Ernst and Young Indonesia tahun 2005, serta Primaniyarta Award for Best Small & Medium Enterprose Exporter tahun 2005. (Amd/Ndw)
Sumber : http://www.ruangpojok.com