Perjalanan Politik Taufiq Kiemas
TEMPO.COM, Jakarta -Taufiq Kiemas, seorang politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang lahir di Jakarta pada 31 Desember 1942, sejak masa pendudukan Jepang di di Indonesia. Dia memulai karier politiknya sejak duduk di bangku mahasiswa sebagai anggota Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).
Lahir dari pasangan orangtua asal pulau Sumatera, Tjik Agus Kiemas (Ayah) dan Hamzathoen Roesyda (Ibu). Lantaran Ibunya berasal dari tanah Minang, dia didapuk sebuah gelar khas, yakni Datuk Basa Batuah. Gelar tersebut merupakan menggambarkan sebuah wakil (penghulu) dari darah ibunya di Kanagarian Sabu, Batipuh Ateh, Tanah Datar, Sumatera Barat.
Karier politik profesionalnya dimulai sejak dirinya masuk ke dalam Partai Demokrasi Indonesia (PDI) dan terdaftar sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada tahun 1992. Selama orde baru berkuasa, karier politiknya banyak dikebiri oleh pihak penguasa yang waktu itu dikuasai oleh pihak militer.
Kiprahnya mulai cemerlang semenjak rezim orde baru tumbang. Setelah itu, tepatnya pada Pemilihan Umum Tahun 1999, PDI-P keluar sebagai pemenang pemilu. Kemenangan ini mengantarkan istrinya sekaligus anak dari Presiden RI Pertama, Megawati Soekarno Putri, menjadi wakil presiden dari Presiden RI keempat, Abdurrahman Wahid.
Kabinet yang dipimpin oleh Gus Dur, panggilan akrab Abdurrahman Wahid, tidak genap berusia dua tahun. Ketika Gus Dur tidak lagi menjabat menjadi presiden, Mega yang saat itu menjadi wakil presiden, kemudian diangkat setelah ada sedikit perdebatan. Taufiq pun menjadi 'penasihat' kenegaraan bagi Mega.
Taufiq juga pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Pusat (Deperpu) PDI-P, yang tak lama terpilih kembali menjadi anggota DPR Periode 2009-2014 pada daerah pilih Jawa Barat II. Pada periode ini dia didapuk menjadi Ketua Majelis Perwakilan Rakyat (MPR) pada masa kabinet Susilo Bambang Yudhoyono.
Sebagai politikus terkemuka, banyak penulis yang mengulas karier politiknya. Salah satu dari mereka adalah Derek Manangka yang menulis buku berjudul Jurus dan Manuver Politik Taufiq Keimas: Memang Lidah Tak Bertulang pada tahun 2009 lalu.
Pada 17 Desember 2011, Taufiq sempat menjalani operasi pergantian alat pemacu jantung di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta. Lalu, pada 10 Maret 2013 lalu, dirinya diganjar gelar Doktor Honoris Causa dalam bidang Kebangsaan dan Bernegara oleh Universitas Trisakti, Jakarta.
Ulasan singkat hidupnya pun pernah ditulis dalam sebuah buku autobiografi yang berjudul Tanpa Rakyat, Pemimpin Tak Berarti Apa-apa: Jejak Langkah 60 Tahun Taufiq Kiemas, yang diterbitkan oleh Pustaka Sinar Harapan pada 2002.
Hari ini, Sabtu, 8 Juni 2013, pukul 19.01 waktu Singapura, atau pukul 18.01 waktu Indonesia, politikus senior ini dipanggil kembali ke hadapan Tuhan saat menjalani perawatan di Rumah Sakit General Singapura. Pramono Anung, seorang politikus PDI-P, yang pertama kali mengabarkan lewat media sosial. Kabar tersebut berbunyi, ""Telah meninggal dunia, Bapak Haji Taufiq Kiemas saat ini dan mohon diampuni seluruh kesalahan dan didoakan #duka".