Ibu Susi Tenggelamkan Kapal Pencuri Ikan, atau Kami yang Bakar
Selasa, 25 November 2014 | 10:07 WIB
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti |
BENGKULU -
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yang bertekad
menenggelamkan kapal asing pencuri ikan di perairan Indonesia didukung
penuh oleh nelayan Bengkulu.
"Kami mendukung penuh langkah Ibu Susi tenggelamkan kapal pencuri ikan di laut Indonesia. Kami juga pernah membakar kapal yang mengambil ikan menggunakan trawl (pukat harimau) dan merusak karang termasuk anak-anak ikan," kata Rustam seorang nelayan di Pasar Malabero, Kota Bengkulu, Selasa (25/11/2014).
"Trawl ini menjadi musuh utama kami ketimbang kenaikan harga BBM. Kalau kenikan BBM masih bisa kami terima, namun maraknya trawl yang merusak karang dan membunuh anak-anak ikan, adalah musuh besar kami," kata Rustam saat di temui di kampung nelayan, Selasa (25/11/2014).
Perang antara nelayan dan pencuri ikan menggunakan trawl pernah pecah di Bengkulu pada tahun 2000, puluhan kapal mengunakan trawl dibakar oleh nelayan yang marah karena hasil tangkapan menurun dan rusaknya ekosistem di dasar laut.
Bentrokan tersebut berhasil diredam dengan membagi zonasi wilayah tangkap antara nelayan kecil dengan penguna trawl. Namun solusi tersebut hingga kini tak berjalan mulus, para nelayan pengguna trawl semakin menjadi menyasar ikan di tepi laut yang merupakan wilayah tangkapan nelayan kecil.
"Menengelamkan kapal pencuri ikan kami dukung, bahkan nelayan kecil siap bantu, lebih baik pemerintah yang lakukan daripada kami yang bakar," demikian Rustam.
Trawl pertama kali ada di Bengkulu sejak tahun 1986. Kala itu, ada 52 kapal dari luar Bengkulu datang menangkap ikan menggunakan trawl dan ditangkap oleh neyalan setempat lalu diserahkan ke polisi.
Namun berselang satu hari, kapal trawl tersebut dilepas oleh aparat kepolisian. Sejak saat itu, alat tangkap yang merusak itu marak di Bengkulu. Perang besar antara nelayan kecil dan pelaku trawl pecah pada tahun 2000, beberapa kapal trawl dibakar oleh nelayan yang marah.
"Kami mendukung penuh langkah Ibu Susi tenggelamkan kapal pencuri ikan di laut Indonesia. Kami juga pernah membakar kapal yang mengambil ikan menggunakan trawl (pukat harimau) dan merusak karang termasuk anak-anak ikan," kata Rustam seorang nelayan di Pasar Malabero, Kota Bengkulu, Selasa (25/11/2014).
"Trawl ini menjadi musuh utama kami ketimbang kenaikan harga BBM. Kalau kenikan BBM masih bisa kami terima, namun maraknya trawl yang merusak karang dan membunuh anak-anak ikan, adalah musuh besar kami," kata Rustam saat di temui di kampung nelayan, Selasa (25/11/2014).
Perang antara nelayan dan pencuri ikan menggunakan trawl pernah pecah di Bengkulu pada tahun 2000, puluhan kapal mengunakan trawl dibakar oleh nelayan yang marah karena hasil tangkapan menurun dan rusaknya ekosistem di dasar laut.
Bentrokan tersebut berhasil diredam dengan membagi zonasi wilayah tangkap antara nelayan kecil dengan penguna trawl. Namun solusi tersebut hingga kini tak berjalan mulus, para nelayan pengguna trawl semakin menjadi menyasar ikan di tepi laut yang merupakan wilayah tangkapan nelayan kecil.
"Menengelamkan kapal pencuri ikan kami dukung, bahkan nelayan kecil siap bantu, lebih baik pemerintah yang lakukan daripada kami yang bakar," demikian Rustam.
Trawl pertama kali ada di Bengkulu sejak tahun 1986. Kala itu, ada 52 kapal dari luar Bengkulu datang menangkap ikan menggunakan trawl dan ditangkap oleh neyalan setempat lalu diserahkan ke polisi.
Namun berselang satu hari, kapal trawl tersebut dilepas oleh aparat kepolisian. Sejak saat itu, alat tangkap yang merusak itu marak di Bengkulu. Perang besar antara nelayan kecil dan pelaku trawl pecah pada tahun 2000, beberapa kapal trawl dibakar oleh nelayan yang marah.
SUMBER : REGIONAL.KOMPAS.COM