Wednesday, 17 September 2014

TEKAIKU CENTER : Nama Kabupaten Sikka Harusnya Diganti


18 September 2014



Pakaian adat Maumere


Saran-Saran untuk Bapak Bupati Yos Ansar Rera di Maumere


1.Agar nama lapangan terbang Wai Oti yang pertama dibangun oleh Jepang untuk kemenangan perang Asia Timur Raya (Perang Dunia II) yang terletak dalam wilayah Perang Besar Teka Iku (1904), yang saat ini menjadi Bandara “Frans Seda “ sebaiknya dan harus diganti menjadi “Bandara Teka Iku” sesuai usul masyarakat sejak seminar pertama 1997. Hal ini disyarankan mengingat “ Moan Teka Iku “ adalah seorang pejuang dalam mengusir dan melawan Belanda.KBM bukan KBS


2.Agar nama Kabupaten Sikka yang sekarang dikembalikan menjadi Kabupaten Maumere sesuai fakta sejarah onderafdeling Maumere.Saran ini didukung oleh tokoh masyarakat L.Say yang menitipkan ke penulis sejak Seminar terakhir, 27 November 2004 di Dispenda Maumere Flores. Fakta lain dukungan masyarakat luas, baik masyarakat pendatang yang menggunakan bahasa Maumere (Krowe) dalam komunikasi bisnis, dan masyarakat Maumere di luar kabupaten menamakan dirinya Keluarga Besar Maumere dan bukan Keluarga Besar Sikka.


3.Agar Pemerintah Kabupaten di Maumere segera mendatangi tempat terakhir pembuangan Moan Teka Iku di Sawah Lunto Sumetera Barat dan keluarga di sana, sebagai kelanjutan usaha pemerintah kabupaten Sikka (Januari 2006) yang tertundah.


4.Mengapa Gereja tidak menyebut Keuskupan Sikka tetapi Keuskupan Maumere hal ini dipastikan gereja lebih tahu arti dan makna sebuah nama sehingga jika disebut nama Sikka hal ini berarti hanya mencakup suku atau sebuah dusun kecil yang terletak di pantai selatan (Lela)


5.Mengapa wilayah Maumere disebut kabupaten Sikka,sedangkan nama Sikka adalah nama sebuah dusun kecil di dekat Kecamatan Lela pantai selatan Maumere.Hal ini mungkin saja ketika Kabupaten ini terbentuk, pada tahun 1958 saat itu yang mengaku raja Sikka yang terangkat menjadi Bupati pertama menganggap ini adalah kewenangannya untuk memberi nama apa saja sesuai selerahnya.Hal ini menunjukan betapa sifat seorang diktaktor raja ciptaan Kolonialis Belanda masih melekat pada dirinya.


6.Begitu pula nama bahasa yang dipakai oleh orang Maumere sebenarnya bukan bahasa Sikka melainkan bahasa Krowe orang Belanda menyebutnya “Krove” 7.Seperti halnya kita ketahui bahwa Bahasa Maumere (Krowe ) mempunyai dua Dialek (Maumere Timur dan Maumere Barat.Kita dapat mengambil contoh ciri ciri dalam dalam mengujarkan kata seperti : kata Ina artinya mama adalah ciri ucapan bahasa Krowe Maumere Timur (Wolon Let) sedangkan kata Ina + ng menjadi Inang artinya mama itu merupakan contoh ciri ciri ucapan bahasa Krowe Maumere barat (wolon wawat).


8.Entah dimana batasan dialek Bahasa Krowe antara Wolon Let dan Wolon wawat belum secara akurat dibuktikan akan tetapi paling tidak rakyat Maumere sudah memahaminya. 9.Adapun Bahasa selain bahasa daerah yang ada di wilayah Maumere saat ini adalah Bahasa Lio Bahasa Palue, Bahasa Pemana dan Bahasa Muhan,Bahasa Bugis dan Makassar.


Diusulkan oleh TEKAIKU CENTER


sumber :Eli Zeus Chohen/TEKAIKU CENTER

Comments
0 Comments

0 komentar:

"Lemer Watu Ita Mogat,Blawak Papan Hama-hama, Epan Gawan Mogam sawen, Ama Pu Benjer Maumere-Gabriel Krado".