Dipentaskan Siswi SMAK John Paul II Maumere, 'Dua Hale' Raih Juara Nasional
Rabu, 5 Februari 2014 21:28 WITA
Foto Siswa (dari kiri) Debby F. Haning, S.Pd, Eren (seorang Juri lomba dari Amerika), Mauren Claudia Natasya Elington Letik, Natalia Anggio Ndasa dan Sirila H. Lidi, S.Pd salah seorang guru pembimbing saat meraih huara di Bali Januari 2014 lalu.
SMA Katolik Yohanes Paulus II Maumere alias SMAK John Paul II mewakili NTT dalam ajang National English Olympic And Speech, Story Telling And Reading News Competion yang diselenggarakan oleh Global Link di Bali.
Dari ajang itu, kami meraih juara nasional dalam bidang story telling dan special award untuk reading news. Untuk story telling siswi atas nama Mauren Claudia Natasya Elington Letik atau yang biasa disapa Sasha membawakan dua ceritera yakni "The Flower of Honesty" sebuah ceritera rakyat dari negeri Cina pada babak penyisihan sementara di babak grand final dia membawakan ceritera tentang "Dua Hale" dari Kampung Umatawu, Desa Natakoli, Kecamatan Mapitara, Kabupaten Sikka, NTT.
Demikian penjelasan Romo Fidelis Dua, PR, M.Th. Kepala SMA Katolik Yohanes Paulus II Maumere melalui Debby Florinde Haning, S.Pd selaku guru bahasa Inggris di ruang kerjanya di sekolah itu pada Selasa (4/2/2014) di sekolah itu.
Debby menjelaskan, Sasha meraih juara II nasional. Sedangkan reading news dibawakan oleh Natalia Anggio Ndasa denganjudul berita East Nusa Tenggara Dances To Commemo Rate Indensia's Ideology dan meraih special award. Para juri pada kompetisi ini berasal dari Amerika dan Australia.
"Kami diundang panitia National English Olympic And Speech, Story Telling And Reading News Competion yang diselenggarakan oleh Global Link Bali. Peserta yang mengikuti kompetisi ini berasal dari seluruh Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Kegiatannya berlangsung selama
dua hari darai tanggal 25-26 Januarai 2014 bertempat di Politeknik Negeri Udayana Bali", jelas Debby, alumna FKIP Undana Kupang ini.
Debby mengungkapkan, kegiatan yang dilaksanakan ini sangat bagus karena menjadi bahan belajar bagi siswa karena banyak hal dari yang dipelajari siswa. Pasalnya, semua peserta lain misalnya dari Jawa, Kalimantan, Sumatera dan berbagai daerah lain mengikuti acara ini.
"Sesungguhnya orang-orang yang mengikuti kegiatan. Ini adalah orang-orang yang mempunyai jam terbang tinggi. Ini juga sebagai ajang pembelajaran bagi peserta dan pembimbing agar bahasa Inggris mesti menjadi bagian dari kehidupan kita. Pada saat lomba terlihat persaingan ynag sangat ketat anatar peserta," Debby.
Untuk public speaking, Debby mengatakan, Kabupaten Sikka dapat dinilai masih belum menjadi kebiasan sehingga masih dianggap sepertinya cukup tertinggal jika dibandingkan dengan daerah-daerah lain. Sebabnya karena siswa kurang terbiasa berbicara dengan menggunakan bahasa Inggris. Hal ini dikarenakan tidak adanya wadah misalnya English Club untuk pembinaan kaum muda adalam bidang bahasa Inggris.
"Karena itu pula diharapkan mesti dibentuk English Club baik di tingkat sekolah maupun di tingkat kabupaten. Harus ada English Club di tingkat kabupaten," ujar Debby, Pembina English Club SMAK John Paul II Maumere ini.
Sementara Mauren Claudia Natasya Elington Letik dan Natalia Anggio Ndasa berpendapat bahwa komptisi tersebut sangat menantang buat mereka.
"Kompetisi ini sangat menantang kami karena menampilkan peserta yang sudah memiliki jam terbang sangat tinggi. Maksudnya semua peserta sering mengikuti lomba sejenis baik tingkat lokal maupun nasional. Sehingga kami mengaharapkan semua pihak di daerah ini agar sering menyelenggarakan kegiatan yang berkaitan dengan upaya mengasah kemampuan bahasa Inggris anak-anak di daerah ini. Kami harap bahasa Inggris mesti menjadi Second Language dalam komunitas-komunitas sekolah. Sebab bukan tidak mungkin bahwa dunia saat ini sangat terbuka bagi banyak orang namun, hanya lebih mudah diakses oleh orang-orang yang berkemampuan bahasa Inggirs sebagai bahasa internasilan saat ini. Namun, bukan berarti kita mesti meninggalkan bahasa ibu kita yakni bahasa Indonesia. Karena itu Kami pikir bahasa Inggris mesti menjadi second language setelah bahasa Indonesia," ujar Sasha dan Anggi yang ditemui di SMAK John Paul II Maumere.*
Editor: alfred_dama
Sumber: Pos Kupang